Beberapa waktu yang lalu, ketika aku dianugrahi nikmat Allah yang tiada tandingannya. Aku berusaha mensyukurinya dengan menjaga dan merawatnya sebaik mungkin. Hari demi hari aku berdetak kagum atas segala nikmat yang telah diberikan padaku. Aku sering tersenyum tanda berbahagianya hamba Allah ini. Sebut saja salah satu nikmat Allah yang paling berharga adalah ketika aku dianugrahi orang yang menyayangiku sepenuh hati. Tak kuasa diri ini tersenyum sumringah dan bersyukur hari demi hari. Bertahun- tahun aku merasakan nikmat Allah yang super luar biasa ini, namun tatkala aku sedang merangkai mimpi indah tentang nikmatku ini, ternyata Allah berkehendak lain. Allah mempunyai rencana lain untuk hidupku. Nikmat yang selama ini aku agungkan dan banggakan kembali diambil sejenak oleh Allah dari hidupku
Bagaimana tidak, rasa sayang yang dulunya tulus diberikan untukku kini harus terhenti karena adanya faktor lain. Memang awalnya diri ini mencoba sabar dan menahan amarah, tapi apa daya. Hati tak bisa berbohong.
Dari relung jiwa ini memberontak dengan hebatnya, terkadang menyalahkan diri ini bahkan sempat mempertanyakan terhadap diri sendiri ” kenapa harus ada pertemuan jika pada akhirnya perpisahan miris menyakitkan yang kurasakan “. Pertanyaan klasik itu sering muncul dibenakku tatkala diri ini terlanda galau dengan hebatnya. Namun aku kembali pada prinsip hidup awalku, bahwasanya wanita itu sejatinya tercipta “kuat”. Ia tercipta untuk berusaha “kuat” meski kadang kala “rapuh” yang ia rasakan. Aku mencoba meraih kekuatan itu dengan kembali pada Rabbku. Aku menyerahkan diri padaNya, aku yakin ini semua adalah rencanaNya, Rabbku pasti punya rencana lain yang lebih indah untukku dari semua ini. Butuh waktu yang cukup lama untuk meraih ketentraman diri dengan mencoba mengikhlaskan sesuatu yang telah meninggalkan kita. Namun ketika aku mulai merasa “rapuh” sesegera mungkin aku menyebut namaNya dan meluruskan kembali niatanku bahwa semua yang aku lakukan hanya semata-mata karena Rabbku. Seiring dengan berjalannya waktu, aku kini telah mencapai ketentraman jiwa, aku rasa aku merasakan sensasi ikhlas yang sebenarnya. Meski awalnya sakit yang ku rasakan namun kini lega yang kurasakan. Setelah memaafkan dan mengikhlaskan apa yang terjadi dihari-hari lampau, kini aku merasakan ketenangan. Ketenangan yang sulit aku ungkapkan dengan goresan tulisan, karena tulisan tak akan mampu menandingi gambaran jiwaku saat ini. Hanya Rabbku yang mengetahui semuanya. Terimakasih Ya Allah atas segala nikmatmu, meskipun kadang kala Kau ambil salah satu nikmatMu namun Kau tak pernah lelah untuk menggantinya dengan nikmat yang lainnya. Alhamdulillah, memang mensyukuri dari hal terkecil itu memang indah, lebih indah lagi jika kita mengikhlaskan sesuatu yang telah pergi atas dasar Illahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar