Muhadharah (ceramah) yang disampaikan oleh Syaikh Shalih Al
Fauzan tentang syarah hadits “Apabila anak Adam meninggal dunia maka
akan terputus segala amalannya kecuali tiga perkara…”.
Segala puji hanya milik Allah Yang mempunyai segala apa yang ada di
langit maupun di bumi. Bagi-Nya segala pujian di dunia maupun di akherat
dan Dialah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Sesungguhnya manusia
diciptakan di alam kehidupan ini bertujuan untuk beramal, kemudian nanti
akan dibangkitkan di hari kiamat untuk dibalas berdasarkan apa yang
telah mereka amalkan. Maka manusia tidak diciptakan sia-sia, juga tidak
ditelantarkan begitu saja. Orang yang beruntung adalah orang yang telah
memberikan kebaikan untuk dirinya yang akan dia dapatkan simpanannya di
sisi Allah. Dan orang yang celaka adalah orang yang yang memberikan
kejelekan untuk dirinya yang akan mengakibatkan kesengsaraan.
Lihatlah kepada amal-amalmu, dan mawas dirilah sebelum datang ajalmu,
karena kematian menandakan terputusnya amalan dan merupakan permulaan
menuai balasan. Kematian begitu dekat namun kalian tak mengetahui kapan
datangnya. Dan perhitungan amal sangat teliti namun kalian tak
mengetahui kapan saatnya. Rambut beruban telah memberikan tanda
peringatan akan kematian, maka bersiaplah menghadapinya. Kematian teman
karib seseorang menandakan dekatnya kematian dirinya.
Ingatlah kematian, beramallah untuk menghadapi masa sesudahnya yang
pasti kalian akan datang menemuinya dan menetap di sana. Jangan sampai
dilalaikan dengan sesuatu yang kalian datangi tapi akan segara kalian
tinggalkan. Jangan tertipu dengan impian-impian panjang lalu menjadi
lupa dengan kedatangan ajal. Berapa banyak orang yang mendambakan
sesuatu lalu tidak bisa dia dapatkan. Berapa banyak orang yang hidup
dalam waktu paginya suatu hari, lalu tak menemui waktu sorenya; atau
mengalami sorenya suatu malam namun tak menemui paginya. Berapa banyak
orang ketika datang ajalnya berangan untuk ditunda beberapa saat lagi
agar dia bisa memperbaiki kesalahannya serta melakukan apa yang telah
dia lupakan. Maka dikatakan padanya : “Mustahil, apa yang kau harapkan
telah berlalu, kami telah memperingatkanmu sebelumnya dan kami telah
ancam kamu bahwa tidak ada waktu lagi untuk kembali”. Allah berfirman
(yang artinya) :
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan
anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang
berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan
belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata :
“Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu
yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk
orang-orang yang saleh? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan
(kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Munafiqun : 9-11)
Sebenarnya seseorang itu terhenti amalnya tatkala datang kematiannya.
Tetapi ada beberapa amalan yang dilakukan pada saat hidupnya dan
manfaatnya terus-menerus dipakai, maka pahalanya akan terus mengalir
kepada pelakunya meskipun temponya berlangsung lama. Dan itu berbentuk
segala usaha kebaikan yang bisa bermanfaat bagi manusia ataupun binatang
ternak; seperti wakaf-wakaf untuk kebaikan, pohon-pohon berguna yang
berbuah, sumber-sumber air minum, membangun masjid-masjid dan madrasah,
anak keturunan yang shalih, mengajarkan ilmu bermanfaat dan mengarang
kitab-kitab yang berfaedah.
Di dalam As Shahih diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Apabila seorang anak Adam meninggal, maka akan terputus
amalannya kecuali tiga perkara : shadaqoh jariyah, atau ilmu yang
bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kepadanya”.
Hadits ini menunjukkan terputusnya amalan seseorang itu dengan
kematiannya, dan waktu untuk beramal adalah selama dia masih berada
dalam kehidupannya.
Maka wajib bagi seorang muslim untuk berhati-hati dari sikap lalai dan
membuang-buang waktu, dan hendaklah bersegera melakukan ketaatan sebelum
datang kematian, tidak mengakhirkannya sampai waktu yang mungkin tidak
bisa dia gapai. Dalil-dalil yang menunjukkan perintah untuk
berlomba-lomba dalam kebaikan, bersegera dalam melakukan ketaatan dan
bercepat-cepat untuk melakukan amalan banyak, menandakan bahwa kalau
tidak segera dikerjakan hal itu akan luput dari tangan kita.
Hadits tadi menunjukkan dikecualikannya amalan kebaikan yang terus
bisa dimanfaatkan setelah meninggalnya orang yang melakukannya, tidak
terputus dengan kematian dia. Bahkan pahalanya akan terus mengalir
selama bermanfaat meskipun bisa bertahan sampai lama.
Perkara-perkara itu adalah :
Pertama : shadaqah jariyah.
Para ulama telah menafsirinya dengan wakaf untuk kebaikan. Seperti
mewakafkan tanah, masjid, madrasah, rumah hunian, kebun kurma, mushaf,
kitab yang berguna, sumber-sumber air minum berupa sumur, bak, kran-kran
minum dengan pendingin, dan lain sebagainya. Disini merupakan dalil
disyariatkannya mewakafkan barang yang bermanfaat dan perintah untuk
melakukannya, bahkan itu termasuk amalan yang paling mulia yang bisa
dilakukan seseorang untuk kemuliaan dirinya di akhirat. Yang pertama ini
bisa dilakukan oleh para ulama maupun orang awam.
Kedua : ilmu yang bermanfaat.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara seseorang mengajarkan ilmu kepada
manusia perkara-perkara agama mereka. Ini khusus bagi para ulama yang
menyebarkan ilmu dengan cara mengajar, mengarang dan menuliskannya.
Orang yang awam juga bisa melakukannya dengan cara ikut serta di
dalamnya berupa mencetak kitab-kitab yang bermanfaat atau membelinya
lalu menyebarkannya atau mewakafkannya. Juga membeli mushaf lalu
membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan atau meletakkannya di
masjid-masjid. Hal ini menganjurkan kita untuk mempelajari ilmu dan
mengajarkannya, menyiarkannya dan menyebarluaskan kitab-kitabnya agar
bisa mengambil manfaat sebelum dan sesudah kematian dia.
Manfaat ilmu akan tetap ada selama di permukaan bumi ini masih ada
seorang muslim yang sampai kepadanya ilmu tersebut. Berapa banyak ulama
yang meninggal semenjak ratusan tahun yang lalu tetapi ilmunya masih ada
dan dimanfaatkan melalui kitab-kitab yang telah dikarangnya lalu
dipakai dari generasi ke generasi sesudahnya dengan perantara para
muridnya kemudian para pencari ilmu setelah mereka. Dan setiap kali kaum
muslimin menyebutkan nama dia, mereka selalu mendoakan kebaikan dan
mendoakan agar Allah merahmati dia. Ini adalah fadhilah dari Allah yang
diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki. Berapa banyak generasi
yang diselamatkan Allah dari kesesatan dengan jasa seorang alim, maka
alim itu mendapatkan seperti pahala orang yang mengikutinya sampai hari
kiamat.
Ketiga : anak shalih
Anak shalih baik laki-laki maupun perempuan, anak kandung maupun cucu,
akan terus mengalir kemanfaatan mereka untuk para orang tua berkat doa
baik yang diterima Allah untuk ibu bapak mereka. Juga shadaqah yang
dilakukan anak-anak shalih untuk orang tua, juga hajinya, bahkan doa
yang diucapkan orang yang pernah mendapatkan kebaikan dari anak-anak
tersebut. Seringkali orang yang mendapatkan kebaikan dari seseorang dia
mengatakan : “Semoga Allah merahmati orang tuamu dan mengampuni mereka”.
Disini juga menunjukkan anjuran untuk menikah, dengan tujuan untuk
mendapatkan anak yang shalih, dan melarang dari membenci banyaknya anak.
Sebagian manusia kadang terpengaruh dengan propaganda-propaganda sesat
sampai dia membenci banyaknya anak dan berusaha untuk membatasi
kelahiran atau bahkan mengajak orang lain melakukan hal yang sama. Ini
dikarenakan kebodohan mereka terhadap ilmu agama dan ketidaktahuan
mereka tentang hasil yang akan didapatkan nanti, serta disebabkan karena
lemahnya iman.
Dalam hadits tadi juga terdapat anjuran untuk mendidik anak agar
menjadi shalih dan menumbuhkan mereka dalam ajaran Islam dan dalam
keshalihan agar mereka menjadi generasi yang shalih buat orang tua
mereka yang nantinya mendoakan kebaikan kepada mereka setelah meninggal.
Dan terus menerus kebaikan pahala akan mengalir meskipun telah terputus
amalan orang tua.
Pada zaman ini banyak sekali orang yang melalaikan permasalahan
tersebut. Tidak memperhatikan kepada pendidikan anak-anaknya, justru
mendidik anaknya agar rusak, dan tidak berusaha untuk memperbaikinya.
Melihat anak-anaknya melakukan larangan dan meninggalkan kewajiban serta
meninggalkan shalat, dia tidak memerintahkan mereka atau melarang. Atau
melihat anak-anaknya bermain di jalanan, bergaul dengan teman-teman
jelek, bahkan kadang pergi ke tempat-tempat yang disitu ada kerusakan,
sama sekali tak menjadi pikirannya. Padahal kalau anaknya merusakkan
salah satu benda yang dimilikinya, dia pasti akan menjadi lelaki tegas
dan pahlawan pembela, membela harta dunianya namun sama sekali tak
membela agamanya. Perhatiannya hanya untuk perbaikan harta dan tidak ada
perhatian untuk kebaikan anak-anak dalam hidupnya, bagaimana setelah
mati?
Maka bertaqwalah kalian wahai para bapak dalam perkara yang berkenaan
dengan anak-anakmu agar mereka menjadi simpanan untukmu dan jangan
sampai mereka menjadikan kalian rugi. Ketahuilah bahwa keshalihan anak
tak akan terwujud begitu saja tanpa mengupayakan sebab, tanpa kesabaran
dan kesusahan.
Hadits diatas juga menunjukkan bahwa anak disyariatkan mendoakan
orang tuanya bersamaan dengan doa untuk dirinya di dalam maupun di luar
sholat. Dan ini termasuk perbuatan berbakti yang akan terus ada setelah
meninggalnya para orang tua.
Perkara-perkara yang tersebut di dalam hadits tadi adalah inti dari firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami
menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka
tinggalkan”. (QS Yaasiin : 12)
Apa yang telah mereka kerjakan disini maksudnya adalah apa yang
mereka lakukan secara langsung dalam hidupnya berupa amal-amal yang baik
maupun yang buruk. Sedang bekas-bekas yang mereka tinggalkan maksudnya
hasil dari amalannya yang terus terwujud setelah kematiannya yang baik
maupun yang buruk.
Bekas-bekas amalan yang sampai kepada seorang hamba setelah meninggalnya ada tiga perkara :
Pertama : amal shalih yang dilakukan orang lain sebagai hasil upaya si
mayit, berupa dakwah dan pengarahannya kepada orang itu sebelum
meninggal.
Kedua : beberapa perkara yang digunakan orang lain berupa usaha-usaha
kebaikan yang bermanfaat yang telah didirikan si mayit sebelum dia
meninggal. Atau wakaf yang diwakafkannya pada saat masih hidup yang
kemudian diambil hasilnya setelah dia meningga dunia.
Ketiga : amalan-amalan yang dilakukan orang yang masih hidup kemudian
pahalanya dihadiahkan kepada si mayit berupa doa, shadaqoh dan amalan
kebajikan yang lain.
Ibnu Majah meriwayatkan :
“Sesungguhnya amal kebaikan yang akan sampai kepada mayit setelah
meninggalnya adalah : ilmu yang dia sebarkan, anak shalih yang dia
tinggalkan, mushaf yang dia wariskan, masjid yang dia dirikan, rumah
yang dipakai para musafir yang telah dia bangun, sungai yang dia
alirkan, atau shadaqoh yang dia keluarkan dari hartanya pada saat dia
masih hidup dan sehat, semua akan sampai kepadanya setelah dia
meninggal”.
Maka berusahalah -semoga Allah merahmatimu-, untuk mengerahkan semua
sebab dan melakukan amalan yang bermanfaat yang akan terus ada
manfaatnya dan mengalir pahalanya setelah wafatmu, Allah Subhanahu wa
ta’ala berfirman :
“Harta dan anak-anak shaleh adalah perhiasan dunia tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS Al Kahfi : 46)
Semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepada Muhammad, keluarga dan shahabatnya.